Contoh Naskah Drama 5 Orang ini akan kami sampaikan disini supaya anda bisa membaca untuk bisa menciptakan naskah drama sendiri di sekolah kamu, ceritanya sangat elok ringan dan pastinya menciptakan suasana sekolah tampak sangat menarik sekali, dimana unsur dongeng membawakan pertemanan yang menyenangkan dan pastinya sangat seru sekali kalau anda sampaikan nantinya di sekolah anda deh.
Cerita ini tidak ibarat yang kita lihat di sinetron-sinetron yang selalu menciptakan kebencian dan selalu berkelompok untuk menciptakan ulah kepada anak baru. Kadan dongeng tersebut sangat jelek sekali untuk bisa di pahami dan dilihat sehingga bisa menciptakan banyak orang selalu geram dan tidak ada hal yang bagus.
Kalau naskah drama sobat sekolah ku pendiam ini memang sangat elok dan ringan sekali, sehingga setiap orang bisa memahami dan melalukan dengan hal kebaikan dan tidak pandang bulu kalau berteman dengan orang pendiam.
Naskah Drama untuk 5 Orang dibawah ini simak dongeng dan naskah drama tersebut.
Semoga dengan warta yang kami sampaikan yang singkat ini bisa anda kembangkan lagi untuk bisa ludang kecepeh menarik untuk bisa kau sampaikan di sekolah anda ketika anda panggung untuk drama yang praktis dan ringan yang kami sampaikan diatas tersebut.
Jangan lupa selalu kunjungi blog contoh surat dan proposal yang selalu kami sampaikan pribadi di sini sobat, untuk anda tiruana.
Baca juga : Contoh Naskah Drama Abu Nawas
Cerita ini tidak ibarat yang kita lihat di sinetron-sinetron yang selalu menciptakan kebencian dan selalu berkelompok untuk menciptakan ulah kepada anak baru. Kadan dongeng tersebut sangat jelek sekali untuk bisa di pahami dan dilihat sehingga bisa menciptakan banyak orang selalu geram dan tidak ada hal yang bagus.
Kalau naskah drama sobat sekolah ku pendiam ini memang sangat elok dan ringan sekali, sehingga setiap orang bisa memahami dan melalukan dengan hal kebaikan dan tidak pandang bulu kalau berteman dengan orang pendiam.
Naskah Drama untuk 5 Orang dibawah ini simak dongeng dan naskah drama tersebut.
Ini ialah pagi yang cerah. Mita dan Doni, dua orang siswa kelas VII sedang asyik membaca-baca buku Biologi di koridor sekolah. Pasalnya nanti siang akan ada ulangan harian mata pelajaran tersebut. Kemudian tiba Anggi, sahabat mereka.
Anggi: “Mit, Don, rajin sekali kalian berdua!”
Mita: “Iya dong, kiprah kita sebagai pelajar kan memang harus belajar. Hehehe…”
Anggi: “Iya juga sih. Eh ngomong-ngomong kalian tahu tidak, ada pelajar dan siswa gres yang akan masuk ke kelas kita hari ini.”
Doni: “Oh ya, siapa namanya? Lelaki atau perempuan?”
Anggi: “Lelaki, tapi saya juga belum tahu siapa namanya dan ibarat apa rupanya.”
[Bel sekolah berbunyi]
Mita: “Eh ayo masuk kelas!”
[Ketiganya memasuki ruang kelas. Ibu guru masuk bersama seorang pelajar dan siswa baru.]
Ibu Guru: “Selamat pagi, anak-anak. Hari ini kita kedatangan sobat gres dari Aceh, ia akan menjadi sobat sekelas kalian. Silakan perkenalkan dirimu, nak!”
Ridwan
Ridwan: “Selamat pagi, teman-teman. Nama saya Muhammad Ridwan. Saya berasal dari Aceh.”
Mita [berbisik pada Anggi]: “Jauh sekali ya, dari Aceh pindah ke Bandung!”
[Anggi hanya mengangguk tanda setuju]
Ibu Guru: “Ridwan, kau duduk di belakang Doni ya [menunjuk sebuah meja kosong]. Untuk sementara kau duduk sendiri berlalu dan silam sebab jumlah siswa di kelas ini ganjil.”
[Ridwan segera duduk di bangku yang disediakan]
Ibu Guru: “Ya baiklah, kini kita mulai pelajaran hari ini. Buka buku kalian di halaman 48….”
[Pelajaran pun dimulai]
Tiba saatnya jam istirahat. Ridwan, yang belum mempunyai teman, membisu saja duduk di kursinya sambil menunduk. Rupanya belum ada yang mau mendekati Ridwan. Semua siswa di kelas itu masih sungkan dan hanya mau tersenyum saja padanya tanpa berani mengajak ngobrol ludang kecepeh lanjut.
Doni: “Psst, Mit, Nggi, coba lihat anak gres itu, sendirian saja ya!” [berbisik pada Mita dan Anggi ketika mereka gres kembali dari kantin]
Mita: “Ayo kita dekati saja.” [Ketiganya menghampiri Ridwan]
Anggi: “Hei, Ridwan. Kenalkan, saya Anggi, ini Ridwan dan Mita [menunjuk kedua temannya].”
[Ketiganya duduk di sekeliling Ridwan]
Ridwan: “Hai, salam kenal.”
Doni: “Kamu kok tidak jajan ke kantin?”
Ridwan: “Aku… Aku bawa bekal makanan [pelan sekali, sambil tertunduk].”
Mita: “Oh begitu, rajin sekali kamu, Wan!
[Keempat siswa ini mulai terlibat dialog ringan sehingga Ridwan merasa ditemani]
Saat jam pulang sekolah, Ibu Guru memanggil Anggi dan Doni yang hendak pulang ke rumah.
Ibu Guru: “Anggi, Doni! Ke sini sebentar. Ibu mau menanyakan sesuatu.”
[Anggi dan Doni menghampiri Ibu Guru]
Doni: “Ada apa, Bu?”
Ibu Guru: “Itu, bagaimana sikap Ridwan di kelas? Apakah ia bisa membaur?”
Doni: “Dia agak pendiam, Bu. Dan suka menunduk ketika berbicara.”
Anggi: “Tadi di jam istirahat, kami berdua dan Mita berusaha mendekatinya. Kami mengobrol cukup lama, ia anak yang baik kok, hanya saja ia ibarat agak kurang percaya diri dan muram.”
Ibu Guru: “Hmm… begitu ya. Anak-anak, Ridwan ialah salah satu korban selamat bencana tsunami Aceh beberapa bulan yang lalu. Kedua orang tuanya tewas terhempas ombak. Kini hanya tinggal ia dan adik perempuannya, Annisa. Annisa masih duduk di kelas 4 SD, di SD V kota kita ini.”
Anggi: “Ya Tuhan, sungguh berat cobaan yang menimpanya…”
Ibu Guru: “Iya. Untungnya, seorang pamannya tinggal di Bandung sehingga ia dan adiknya tinggal di sini. Mereka tergolong masyarakat prasejahtera, sehingga Ridwan benar-benar harus berhemat. Pamannya berkata pada Ibu tadi pagi, ia tak bisa memmemberikan uang jajan yang cukup untuk Ridwan sehingga Ridwan harus bekal nasi setiap hari semoga tidak lapar di sekolah.”
Doni: “Oh pantas saja tadi jam istirahat ia tidak ke kantin.”
Ibu Guru: “Ya sudah, Ibu cuma mau bilang begitu. Kalian berbaik-baiklah dengannya. Temani beliau semoga tak merasa kesepian dan terus berduka.”
[Anggi dan Doni pamit kemudian pulang]
Di rumahnya, Doni terus menerus memikirkan sobat barunya, Ridwan. Akhirnya ia mendapat suatu ide. Dikabarkannya Anggi dan Mita melalui SMS. Keesokan harinya di jam istirahat….
Doni: “Eh, kalian membawa apa yang saya bilang kemarin, kan?”
Mita: “Bawa dong. Ayo kita dekati Ridwan.”
Anggi: “Ridwan, bolehkah kami bertiga makan bersamamu?”
Ridwan: [kikuk dan kudang kecepengungan] “Eh, um.. boleh saja..”
Doni, Anggi, dan Mita mengeluarkan bekal makanan mereka. Ketiganya juga membawa makanan kudapan untuk dimakan bersama-sama, tentu saja Ridwan juga kebagian. Dengan makan bersama setiap hari, mereka berharap bisa menciptakan Ridwan ludang kecepeh ceria. Setelah makan…
Ridwan: “Terima kasih, teman-teman. Kalian sangat baik kepadaku.”
Mita: “Kamu ini bicara apa, sih? Kita kan teman, masuk akal saja jikalau kita saling bersikap baik.”
Semenjak itu Ridwan menjadi semakin berpengaruh sebab proteksi teman-teman barunya. Siswa-siswa lain di kelas itu pun banyak yang bergabung membawa bekal untuk dimakan tolong-menolong pada jam istirahat. Suasana menjadi semakin menyenangkan.
Semoga dengan warta yang kami sampaikan yang singkat ini bisa anda kembangkan lagi untuk bisa ludang kecepeh menarik untuk bisa kau sampaikan di sekolah anda ketika anda panggung untuk drama yang praktis dan ringan yang kami sampaikan diatas tersebut.
Jangan lupa selalu kunjungi blog contoh surat dan proposal yang selalu kami sampaikan pribadi di sini sobat, untuk anda tiruana.
Baca juga : Contoh Naskah Drama Abu Nawas
Advertisement